Rabu, 23 Juni 2010

Antara Mata & Hati

“Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan dilarang, maka pemiliknya berada ditepi jurang bahaya. Meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh kedalam jurang.” Demikian potongan nasihat Imam Ghazali rahimahullah dalam kitab ihya Ulumuddin.













Beliau memberi wasiat agar tidak menganggap ringan masalah pandangan. ia juga mengutip sebuah syair, “Semua peristiwa besar awalnya adalah mata. Lihatlah api besar yang awalnya berasal dari percikan api.”

Hampir sama dengan bunyi syair tersebut, sebagian salafushalih mengatakan, “Banyak makanan haram yang bisa menghalangi orang melakukan shalat tahajjud dimalam hari. Banyak pula pandangan kepada yang haram sampai menghalanginya dari membaca kitabullah.”

Saudaraku...
Semoga Allah memberikan naungan barakah-Nya kepada kita semua. Fitnah ujian tak pernah berhenti. Sangat mungkin, kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang bisa memelihara matanya. Padahal, seperti diungkapkan oleh Imam Ghazali tadi, orang yang keliru menggunakan pandangan, berarti ia terancam bahaya besar karena mata adalah pintu paling luas yang bisa memberi banyak pengaruh pada hati.

Menurut Imam Ibnul Qayyim, mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan pengikut. Yang pertama, mata memiliki kenikmatan pandangan. Sedang yang kedua, hati, memiliki kenikmatan pencapaian, “Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing akan saling mencela dan mencerai.” Jelas Ibnul Qayyim.

Saudaraku...
Simak juga dialog imajiner yang beliau tulis dalam kitab Raudhatul Muhibbin: “Kata hati kepada mata, “Kau lah yang telah menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dari kebun yang tak sehat. Kau salahi firman Allah, “Hendaklah mereka menahan pandangannya.” Kau salahi sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ., “Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan balasan iman padanya, yang akan didapati kelezatan dalam hatinya.” (HR. Ahmad)

Tapi mata berkata kepada hati, “Kau zalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau tunjukkan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik maka seluruh tubuh akan baik pula. Dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati adalah raja. Dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik maka baik pula pasukannya. Jika rajanya buruk, buruk pula pasukannya. Wahai hati, jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah kebaikanmu. Sumber bencana yang menimpamu adalah karena engkau tidak memiliki cinta kepada Allah, tidak suka dzikir kepada-Nya, tidak menyukai firman-Nya, asma dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman, “Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada didalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)














Saudaraku...
Banyak sekali kenikmatan yang menjadi buah memelihara mata. Coba perhatikan tingkat-tingkat manfaat yang diuraikan oleh Imam Ibnul Qayyim, “Memelihara pandangan mata, menjamin kebahagiaan seorang hamba didunia dan akhirat. Memelihara pandangan, memberi nuansa kedekatan seorang hamba kepada Allah, menahan pandangan juga bisa menguatkan hati dan membuat seseorang lebih merasa bahagia, menahan pandangan juga akan menghalangi pintu masuk syaithan kedalam hati.

Mengosongkan hati untuk berpikir pada sesuatu yang bermanfaat, Allah akan meliputinya dengan cahaya. Itu sebabnya, setelah firman-Nya tentang perintah untuk mengendalikan pandangan mata dari yang haram, Allah segera menyambungnya dengan ayat tentang “nur”, cahaya. (Al-Jawabul Kafi, 215-217)

Saudaraku...
Prilaku mata dan hati adalah sikap tersembunyi yang sulit diketahui oleh orang lain, kedipan mata apalagi kecenderungan hati, merupakan rahasia diri yang tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala ., “Dia (Allah) mengetahui (panadangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Al-Mukminun: 19). Itu artinya, memelihara pandangan mata yang akan menuntun suasana hati, sangat tergantung dengan tingkat keimanan dan kesadaran penuh akan Ilmullah (Pengetahuan Allah). Pemeliharaan mata dan hati, bisa identik dengan tingkat keimanan seseorang.

Saudaraku...
Dalam sebuah hadits dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak. Bahkan Rasul menyebutnya, kebaikan itu, bak sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah Subhanahu wa Ta'ala tak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tak berbobot, seperti debu yang berterbangan. Tak ada artinya. Rasul mengatakan, bahwa kondisi seperti itu adalah karena mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika bersama manusia yang lain. Tapi, tatkala dalam keadaan sendiri dan tak ada manusia lain yang melihatnya, ia melanggar larangan-larangan Allah (HR. Ibnu Majah)

Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang akan membuktikan kualitas iman. Di sinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi kesendirian, karena ia menjadi bagian dari suasana yang tak diketahui oleh orang lain, “Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya yakinilah bahwa ia melihatmu.” Begitulah pesan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam []

semoga bermanfaat .

Wassalam ,

Andi .Muhammad

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar