Bismilahirohmanhirohim
Siap menghadapi apa pun yang akan terjadi . Apabila terjadi satu-satuNya langkah awal yang harus di lakukan adalah mengolah hati kita agar Ridha / Rela akan kenyataan yang ada .Mengapa demikian ? Karena walaupun dongkol , uring - uringan , dan kecewa berat namun tetap saja kenyataan itu sudah terjadi , Maka , lebih baik hati kita ridha saja menerima -Nya .
keridhaan manusia, bukan keridhaan Allah. Padahal Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam telah memperingatkan kita semua dari sikap timpang semacam ini dalam sabda beliau,
"Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan (mengacuhkan) kebencian manusia maka Allah mencukupkannya dari beban manusia, dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan (mengesampingkan) kemurkaan Allah maka Allah akan menguasakan manusia atas dirinya." (HR. at-Tirmidzi no. 2414 dan dishahihkan oleh al-Albani).
MIsalnya , kita memasak nasi , tetapi gagal dan malah menjadi bubur .Andi kata kita mutahkan kemarahan , tetap saja nasi telah menjadi bubur , dn tidak marah pun tetap saja menjadi bubur . Maka , daripada marah menzalimi orang lain dan memikirkan sesuatu yang membuat hati mendidih , lebih baik pikirn dan tubuh kita disibukkan pada hal yang lain , seperti mencari bawang goreng , ayam , cakwe , seledri , keripik , dan kecap supaya bubur nya tersebuat bisa dibuat bubur ayam special .Dengan demikan , selain perasaan kita tidak lagi sengsara , nasi yang gagal pun tetap bisa dinikmati dengan lezat .
Di setiap masalah yang membuat kita menjadi kesal pasti tersimpan hikmah di balik kemarahan kita , tetapi bagaimana kita menjalankan hal ini , coba kalain belajar dari cerita nasi menjadi bubur ..
Setiap manusia di wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang di ridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala . Kondisi hati tenang dn Ridha in sangat membantu proses ikhtiar menjadi positif , optimal dan bermutu ..
Perlu ditekankan, bahwa di samping berdo’a, harus dilakukan ikhtiar gigih tanpa kenal putus asa. Setelah itu kita bertawakal kepada Allah. Dia Yang Maha Mengetaui apa yang baik buat kita. ''Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.'' (QS Al-Baqarah [2]: 216).
Sungguh banyak sekali kita temukan kesalahan berpikir , yang tidak menambah apapun selain menyengsarakan diri . Ketahuilah , hidup ini terdiri berbagi episode yang tidak monoton .Ini adalah kenyataan hidup , kenanglah perjalanan hidup kita yang telah lalu dan kita harus benar-benar arif menyikapi setiap episode dengan lapang dada .
Allah berfirman, ''Siapa-siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, maka Dia melapangkan dadanya. Dan siapa-siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, maka Dialah menjadikan dadanya sesak dan sempit'' (Q. S. 6: 125).
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam sendiri, disebut Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai orang yang telah dilapangkan dadanya (Q.S. 94: 1).
Menurut Muhammad Ali al-Shabuni dalam buku tafsirnya Shafwat al-Tafasir, yang dimaksud dengan dilapangkan dadanya ialah bahwa hati Nabi Shallallahu alaihi wasallam telah dipenuhi dengan iman, diterangi dengan cahaya kebajikan dan kebenaran, serta disucikan dari berbagai kotoran dan dosa-dosa. Di dalam dada yang lapang dan hati yang bersih itulah bersemayam iman dan takwa. 'Tempat takwa itu di sini!'' sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam , sambil menunjuk ke dadanya.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Abdullah bin 'Amr dibikin penasaran oleh ''keistimewaan'' salah seorang Anshar. Pasalnya, setiap kali melihat orang itu,Nabi Shallallahu alaihi wasallam selalu berkata, ''Ini dia calon penghuni surga!'' Setelah diteliti dan diselidiki, Abdullah menjadi tahu keistimewaan orang itu. Dia adalah orang yang bersih hati dan lapang dada. (H.R. Ahmad).
Orang yang bersih hati dan lapang dada, seperti dikemukakan di atas, tak lain adalah orang-orang yang mampu menekan secara maksimal kecenderungan-kecenderunga
Hanya orang yang lapang dada dan bersih hati seperti itu mampu dan sanggup mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, seperti dianjurkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam . Juga hanya orang seperti itu yang dapat merasa senang dan gembira apabila melihat umatnya mendapat kebaikan dan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala .
Orang yang demikian itu pula yang kelak akan mendapat perlindungan dari Allah Subahanahu wa Ta'ala . Firman-Nya, ''(Ingatlah) pada hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih dan lapang.'' (Q.S. 6:89). Semoga kita menjadi orang yang selalu berlapang dada.
Hati yang ikhlas, jangan di selimuti dengan keluh kesah kaena semua itu tidak menyelesaikan masalah , bahkan bisa jadi memperparah masalah .
Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.” (Yang lebih benar untuk penyebutan segumpal darah (القلب ) tersebut adalah jantung, akan tetapi di dalam bahasa Indonesia sudah terlanjur biasa untuk menerjemahkan القلب dengan “hati” ( Imam Bukhari dan Muslim )
Maka hati bagaikan raja yang menggerakkan tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatannya, jika hati tersebut adalah hati yang baik maka seluruh tubuhnya akan tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang baik, adapun jika hatinya adalah hati yang buruk maka tentunya juga akan membawa tubuh melakukan hal-hal yang buruk. Hati adalah perkara utama untuk memperbaiki manusia, Jika seseorang ingin memperbaiki dirinya maka hendaklah ia memperbaiki dahulu hatinya!!!
Wahai Saudaraku Ketahuilah, hati ini merupakan penggerak bagi seluruh tubuh, ia merupakan poros untuk tercapainya segala sarana dalam terwujudnya perbuatan. Hati laksana panglima yang memompa pasukannya untuk melawan musuh atau melemahkan mereka sehingga mundur dari medan peperangan. Karena hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematian, maka hati ini juga dibagi dalam tiga kriteria yakni hati yang mati, hati yang sakit dan hati yang sehat.
Alloh berfirman “(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang menemui Alloh dengan hati yang selamat (selamat dari kesyirikan dan kotoran-kotorannya).” (QS. Asy Syu’ara: 88,89)
Allah Subahnahu wa Ta'ala “Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allohlah mereka bertawakkal (berserah diri).” (QS. Al-Anfaal: 2)
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Robbnya, ia tidak menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, ia tidak menghadirkan setiap perbuatannya berdasarkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati ini senantiasa berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan dunia walaupun di dalamnya ada murka Alloh, akan tetapi hati ini tidak memperdulikan hal-hal tersebut, baginya yang terpenting adalah bagaimana ia bisa melimpahkan hawa nafsunya. Ia menghamba kepada selain Alloh, jika ia mencinta maka mencinta karena hawa nafsu, jika ia membenci maka ia membenci karena hawa nafsu.
Alloh berfirman:“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jaatsiyah: 23)
Wahai zat yang membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami diatas agamamu, wahai zat yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami teguh di atas ketaatan kepada-Mu…
Yassarallaahu lanal khaira haitsuma kunna... Amin Allahuma Amin
Wassalam ,
Andi .Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar